MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN DAN KESEHATAN TERNAK UNGGAS”

Posted by Rudi Wibowo Sabtu, 16 Februari 2013 0 komentar

”TANAMAN OBAT MENINGKATKAN EFISIENSI PAKANDAN KESEHATAN TERNAK UNGGAS”

Menurut Ir Sumardi MSc, Peneliti dan dosen Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

Ditemukan, Jamu Jawa Penangkal Flu Burung.


SEMARANG—Wabah flu burung (Avian Influenza) pernah meluluh-lantakkan peternak unggas (ayam dan burung puyuh) di Indonesia pada tahun 2003-2004. Sebanyak 16,23 juta unggas mati pada periode Agustus 2003-Juli 2004. Ribuan peternak besar dan kecil bangkrut gara-gara flu burung yang menyebar dari daratan Asia ke Indonesia.Untuk wilayah Jawa Tengah saja, kala itu ada 8,17 juta unggas yang mati sia-sia. Virus itu ternyata masih saja muncul pada tahun 2005. Flu burung tetap menjadi momok bagi peternak unggas. Tapi bangsa Indonesia masih beruntung. Di tengah kebingungan dunia mencari penangkal penyebaran flu burung, ternyata ada warga Indonesia yang berhasil menemukan jamu agar unggas kebal terhadap flu burung.Penemu itu adalah Ir Sumardi MSc, produsen jamu ternak merek Pro_Aktif yang masih bekerja sebagai dosen Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. ”Ini memang temuan tidak sengaja. Jamu sebagai penambah nafsu makan ternak agar cepat gemuk itu berupa campuran bubuk buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl), ekstrak rimpang temu lawak (Curcuma xanthorriza Roxb), ekstrak rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb), bubuk rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticum, Val), madu lebah, gula tebu sebagai pengawet alamiah, dan air sebagai pelarut,” kata Sumardi di Semarang, Senin (29/8) pagi.

Hasil BersaudaraIa menjelaskan, ekstrak temu ireng dan temu lawak efektif meningkatkan nafsu makan, sehingga mempercepat pembesaran, serta memperpendek masa pemeliharaan dan menghemat penggunaan pakan.Temuan ramuan itu adalah kerja sama dengan kakaknya bernama Edi Sutrisno, lulusan STM. Mereka empat tahun silam beternak sapi dan kambing di Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Upaya penggemukan sapi dan kambing itu ternyata bisa diterapkan untuk ayam dan babi. Khusus pada ayam, dengan nafsu makan yang tinggi ini, ayam dapat makan apa saja, termasuk bekatul dan jagung.Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada peningkatan pakan 60 persen, berat ayam bisa mencapai 1,7–1,8 kg, apabila diberi pakan konsentrat 100 persen umur ayam hanya 27 hari.Sementara bila konsentrat 50 persen dicampur dengan bekatul dan jagung 50 persen, untuk bisa mencapai berat 1,8 kg memerlukan waktu 31 hari.Sedangkan bila pakan konsentrat 25 persen dicampur bekatul dan jagung 50 persen, umur ayam harus 36 hari.”Akan tetapi jamu itu ternyata mengandung senyawa-senyawa yang dapat melemahkan virus flu burung. Hasil Uji Serologi Balai Veteriner Wates, Yogyakarta, pada awal Agustus 2005 menunjukkan virus yang melemah inilah yang membentuk antibodi pada ayam, sehingga memiliki daya tahan yang tinggi.Dari pengkajian lebih rinci ternyata ada beberapa senyawa dari keempat bahan jamu tersebut yang memiliki daya melemahkan flu burung,” kata Sumardi.

Uji CobaPengujian lapangan dimulai pada 24 Juli 2005, dengan DOC (anak ayam) umur 2 hari di sebuah peternakan ayam di Jawa Timur dengan menggunakan empat perlakuan, masing-masing 100 ekor ayam. Pertama dengan kontrol tanpa perlakuan Pro_Aktif (tanpa jamu), kedua dengan pemberian dosis rendah, ketiga dosis sedang, keempat dengan dosis tinggi.Pada umur empat hari ayam diberi perlakuan serangan flu burung secara buatan, dengan cara menempatkan ayam mati di sekitar kandang. Hasilnya, ayam kontrol (tanpa jamu) mati pada hari ke-5, dan pada hari ke-9 semua ayam kontrol sudah mati.Pada saat ayam berumur 22 hari, lima sampel dari masing-masing ayam perlakuan (telah diberi jamu) dikirim ke Balai Veteriner Yogyakarta untuk diuji Tantang dengan Virus Flu Burung. Hasilnya ternyata semua ayam perlakuan itu lolos alias tidak terinveksi flu burung. Sebenarnya, jamu buatan Sumardi itu bukan hanya untuk penggemukan ayam, namun juga untuk ternak sapi, babi, dan kambing. ”Penelitian tentang jamu itu sudah saya lakukan sejak empat tahun silam. Ketika ada flu burung mewabah, saya mencoba melakukan penelitian sendiri dengan mendekatkan ayam yang terkena flu burung itu ke ternak ayam yang sudah saya beri jamu. Ternyata hasilnya ayam yang sudah saya beri jamu tidak tertular flu burung,” tuturya.Kabar itulah kemudian yang menjadikan Menteri Pertanian meminta agar temuan tersebut diselidiki lebih teliti di Balai Veteriner Wates, Yogyakarta. Penelitian pun dilakukan dengan membawa 12 ekor ayam usia 22 hari. Di sana setiap ayam diberi 4 juta virus flu burung. Ternyata ayam itu tidak mati.”Yang pasti, jamu ini bukan untuk manusia. Sejauh ini tetap untuk penggemukan hewan. Jika kemudian bisa membuat kekebalan ternak terhadap flu burung, itu merupakan hasil sampingan,” kata dosen ini.

setiap hari diberi larutan jamu hewan melalui air minum ternyata memberi respon positif terhadap pertumbuhan dan stamina ayam menjadi lebih baik (jarang sakit dan mortalitas rendah), lemak karkas sangat rendah, aroma daging dan telur tidak amis, warna kuning telur lebih oranye/skor diatas 7, serta bau kotoran ayam (ammonia) di sekitar kandang berkurang. Ternak ayam ras broiler, petelur maupun unggas lokal (ayam dan itik) yang diberi ramuan tanaman obat sebagai “feed additive” menunjukkan peningkatan terhadap efisiensi pakan dan kesehatan ternak

“Virus AI sangat peka dengan seluruh jenis disinfektan, termasuk bio-disinfektan, sehingga tidak memerlukan terknologi tinggi untuk menghambat virus tersebut. Cukup dengan pengobatan herbal, maka virus itu dapat hancur,” katanya.

“Menurut Ketua Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia itu, di Indonesia sendiri saat ini tersedia cukup banyak bahan herbal yang bisa digunakan menangkal menyebarnya virus flu burung seperti lidah buaya, temulawak, dan kunyit.

“Temulawak dan kunyit bisa dikonsumsi dalam bentuk minuman guna mencegah peningkatan konsentrasi sitokin dalam tubuh akibat inveksi virus AI dengan sub tipe H5N1. Itu efektif, mengingat kandungan curcuma yang ada pada keduanya berpotensi sebagai inhibitor terhadap sintesis sitokin,” katanya.

“Berdasarkan laporan dari sejumlah peternak unggas, penggunaan secara rutin jamu berupa ramuan seperti kunyit, bawang putih dan daun pepaya yang dicampurkan pada air minum atau pakan ayam dan burung puyuh menghindarkan ternak tersebut dari AI,” kata Peneliti dari Puslit Bioteknologi LIPI Sri Sulandri.

Dia menambahkan, bahan ramuan tanaman obat yang dipilih dari beberapa jenis seperti kunyit, langkuas, jahe, temulawak, atau kencur yang dibuat sesuai kepentingan dan fungsinya bisa menjadi ramuan yang biasa disebut jamu hewan. Jamu hewan bisa meningkatkan nafsu makan, menyehatka .”Dari riset yang diujicobakan, pertambahan bobot badan ayam lokal yang diberi buah mengkudu nyata lebih tinggi dibanding jika tidak,” katanya.(Sindo Sore//fit)

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN DAN KESEHATAN TERNAK UNGGAS”
Ditulis oleh Rudi Wibowo
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://tugasdancatatanku.blogspot.com/2013/02/meningkatkan-efisiensi-pakan-dan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of TUGAS DAN CATATANKU.