Al-Razi
Sabtu, 26 Desember 2009
1
komentar
Biografi Tokoh Ilmuwan Muslim :Al-Razi
Abu Bakar Muhammad
bin Zakaria Al-Razi (Persia:أبوبكر
الرازي)
atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang
pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy,
Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Al-Razi sejak muda
telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam
bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.
Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah
sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di
Baghdad.
Al-Razi juga
diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu
ilmuwan terbesar dalam Islam. Al-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus
865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama
Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di
lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat
Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir
seluruh karyanya.
Ketekunan dan
kecintaannya kepada ilmu tak mengecilkan minatnya untuk mulai belajar
ilmu kedokteran meski saat itu ia telah menginjak usia 30 tahun.
Pendahuluan ilmu kedokteran ia pelajari di negeri Rey. Selanjutnya
Al-Razi bertolak ke Baghdad untuk meneruskan studi. Kota Baghdad
menjadi tujuannya karena di zaman itu Baghdad menjadi pusat bagi
buku-buku terjemahan dari bahasa asing yang mengulas berbagai cabang
ilmu termasuk kedokteran. Di kota itu pula, terdapat sejumlah rumah
sakit yang besar dan lengkap dengan fasilitasnya. Apalagi, khalifah
Bani Abbasi yang menjadikan Baghdad sebagai pusat pemerintahan
mengumpulkan para ilmuwan dari seluruh negeri Islam ke kota tersebut.
Kondisi itu sangat membantu untuk mempelajari ilmu kedokteran.
Keberadaan sejumlah ilmuwan termasuk Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi dan
Aulad Bakhtisyu’ yang mengajar ilmu kedokteran di rumah sakit
Haruni, membuat kota Baghdad menjadi pusat ilmu ini. Pada pertengahan
abad ketiga hijriyah, Abu Zakaria Al-Razi bertolak dari Rey menuju
Baghdad untuk melanjutkan studinya di bidang kedokteran. Tidak ada
catatan sejarah yang menyebutkan secara pasti berapa lama Al-Razi
tinggal di ibu kota pemerintahan Bani Abbas itu. Al-Razi mempelajari
ilmu kedokteran dengan terjun langsung menangani pasien.
Kerja keras
dilakukannya dengan menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Beliau
tidak berguru secara langsung kepada para ilmuwan kedokteran. Al-Razi
lebih banyak membaca buku-buku kedokteran dan memanfaatkan hasil
telaah langsung yang dilakukannya terhadap pasien. Kecerdasannya yang
sangat tinggi membantu Al-Razi dalam mempelajari ilmu ini. Telaah dan
penelitiannya yang tak mengenal putus asa dan kata menyerah
menjadikannya sebagai dokter yang dipandang di Baghdad. Tak ada yang
meragukan keahliannya dalam menyembuhkan penyakit dan mengobati
pasien. Karenanya, namanya selalu menjadi buah bibir di Baghdad.
Namun hal itu
membuat Al-Razi dimusuhi oleh para dokter Baghdad yang merasa iri
terhadap keberhasilannya. Mereka pun dengan berbagai cara memaksa Abu
Zakaria Al-Razi untuk meninggalkan Baghdad Tahun 290 hijriyah,
Al-Razi kembali ke Rey dan membangun sebuah rumah sakit yang ia
kelola sendiri. Rumah sakit Rey yang dibangunnya bukan hanya menjadi
pusat pengobatan dan perawatan para pasien, tetapi juga menjadi pusat
telaah dan perkumpulan para ilmuwan, filosof dan dokter. Di rumah
sakit itu pula, Abu Zakaria Al-Razi mengajar kedokteran yang dihadiri
oleh banyak peminat ilmu ini. Di rumah sakit itu, Al-Razi memberikan
kesempatan kepada murid-muridnya yang junior untuk melakukan diagnosa
para pasien yang datang ke rumah sakit Rey. Jika mereka tidak mampu
mendiagnosa penyakit tersebut, tugas dialihkan kepada para muridnya
yang lebih senior. Demikian seterusnya kepada yang lebih senior.
Sampai kemudian Al-Razi sendiri yang menangani pasien dan menjelaskan
kepada murid-murid hasil diagnosa yang ia lakukan. Dengan demikian,
Al-Razi mengajarkan ‘Ilm Al-Amradl (ilmu tentang penyakit) dan
‘Alaimu Al-Amradl (tanda-tanda penyakit). Tidak semua orang bisa
mempelajari ilmu kedokteran.
Demikian keyakinan
Abu Zakaria Al-Razi. Menurutnya, dokter harus memiliki sejumlah
kriteria dan sifat khusus. Berbekal itu ditambah dengan kebersihan
jiwa, seseorang layak mendapat sebutan dokter. Seorang yang bergelar
dokter tidak akan menjadi ahli dan pakar kecuali setelah melalaui
beberapa tahap sehingga ia layak menyandang sebutan dokter ahli. Pada
zaman itu, seorang yang mempelajari ilmu kedokteran umumnya menguasai
minimal sepuluh cabang ilmu, diantaranya dan yang paling utama adalah
ilmu fiqh, hadits, dan ilmu akhlaq.
Kontribusi
Bidang Kedokteran
Pada
zaman Al-Razi, belum pernah ada praktik kedokteran meski demikian,
karya-karya Al-Razi menunjukkan bahwa ia tidak buta tentang ilmu
anotomi. Kemungkinan ia atau ilmuwan seperti dia telah melakukan
pembedahan tubuh kera untuk mengungkap anatomi tubuh dan fungsi
masing-masing anggota badan. Sebab di zaman itu, kera adalah binatang
yang biasa dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kemujaraban
obat. Abu Zakaria Al-Razi dalam kitab Mansuri menyebutkan semua
anggota badan dan menjelaskan fungsi masing-masing. Untuk setiap
anggoat badan, ia menulis penjelasan dengan rinci. Dalam buku
tersebut Al-Razi juga menerangkan tentang fisiologi anggota tubuh
manusia.
Tentang Cacar dan Campak
Ketika Al-Razi
sedang menyembuhkan seorang pasien. Sebagai seorang dokter utama di
rumah sakit di Baghdad, Al-Razi merupakan orang pertama yang membuat
penjelasan seputar penyakit cacar: "Cacar terjadi ketika darah
'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan
keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak
basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya
seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam
bentuk gelembung pada wine/anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak
hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik
untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit
ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang
menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan terpercaya
tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad
ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas,
patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi
anggur dan cara mencegah wabah tersebut."
Buku
Al-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku
pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang
berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin
dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan
kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis
memperlihatkan cara berpikir Al-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah
penjelasan lanjutan Al-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh
demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung
dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah
ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua
bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi
perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala
lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada
tenggorokan."
Alergi dan Demam
Al-Razi diketahui
sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma",
dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada
salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis
setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Al-Razi juga merupakan
ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk
melindungi diri.
Kontribusi
Pada Bidang Farmasi dan Kimia
Pada bidang farmasi,
Al-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula
dan mortar. Al-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari
merkuri. Waktu singkat bagi Al-Razi dapat
digunakan dengan maksimal untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar.
Dan hasilnya, Al-Razi telah menyumbangkan karya-karya besarnya untuk
dunia kedokteran. Al-Razi juga mempelajari ilmu kimia. Bagi Al-Razi,
ilmuwan yang paling banyak membantunya mempelajari kimia adalah Jabir
bin Hayyan. Abu Zakaria Al-Razi banyak melakukan percobaan dan dengan
formula kimia, berusaha keras untuk mengubah logam biasa menjadi
emas. Abu Zakaria Al-Razi meyakini persenyawaan empat unsur yang
dikenal pada zaman itu (unsur tanah, angin, air dan api) juga masalah
unsur atau molekul setiap benda dan persenyawaannya. Al-Razi bahkan
melengkapi teori dan pandangan itu dengan temuan-temuan yang ia
dapatkan lewat studi dan risetnya.
Kontribusi
Pada Bidang Etika kedokteran
Al-Razi juga
mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya
adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang
berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang
sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui
jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan
semua penyaki, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi
untuk meningkatkan mutu seorang dokter, Al-Razi menyarankan para
dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga
membuat perbedaan antara penyakit yang bsa disembuhkan dan yang tidak
bisa disembuhkan. Al-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter
tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker
dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, Al-Razi menyatakan
bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena
biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Al-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk
berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk
masyarakat sekitar. Al-Razi meyakini bahwa
seorang dokter harus memiliki dan komitmen dengan etika kedokteran
dan giat dalam melaksanakan tugasnya. Masalah itu ia bahas dalam buku
Khawashu Al-Talamidz.
Buku-buku Al-Razi pada bidang kedokteran
Berikut ini adalah
karya Al-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:
Keraguan pada Galen
Penyakit ada anak
Sirr Al-Thibb (Rahasia Kedokteran)
Mihnatu Al-Thabib (Kedokteran)
Khawashu Al-Talamidz (Etika kedokteran)
Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak)
Hidup yang Luhur (Al Haawiyy)
Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum(من لا يحضره الطبيب)
HIKMAH
YANG DAPAT DIAMBIL DARI BIOGRAFI SINGKAT AL-RAZI :
Bagi
saya pribadi Al-Razi adalah tokoh ilmuwan muslim yang gigih dan tekun
dalam hidupnya mencari ilmu, kecintaanya pada ilmu merupakan
kecintaan irinya pada Allah SWT, beliau mengabdikan dirinya hanya
untuk beribadah dan mencari ilmu, baik itu melalui buku walaupun
melalui riset-riset. Dapat ditarik hikmah bagi kita bahwa membaca
adalah kunci sukses dan riset atau percobaan adalah dapat menambah
pengetahuan kita. Kegigihan beliau tidak memudarkannya mencari ilmu
hingga keluar negeri, sampai penglihatannya hilang dalam belajar
kimia, dan hingga didengki oleh ilmuwan lain di Baghdad. Beliau patut
diteladani karena walaupun sudah berumur 30 tahun baru belajar
pengantar kedokteran, ini menandakan belajar tak mengenal batasan
umur dan waktu, istilahnya tiada kata tua untuk belajar. Dari
biografi Al-Razi, disebutkan bahwa dia memiliki impian yakni
kecintaanya pada alkemi (ilmu kimia), hal ini yang membuatnya
bergerak terus berusaha mencari ilmu, hingga ia menemukan impiannya
sebagai ilmuwan dan dokter ahli. Yang patut diteladani adalah setiap
impian dan harapan yang dimiliki seseorang pasti nantinya akan
tercapai jika diusahakan dengan keras, gigih tekun dan sungguh
seperti Al-razi, yang sama-sama manusia biasa, ciptaan Allah SWT.
Tidak dilupakan pula selain belajar ilmu alam atau sains kita juga
harus menguasai ilmu Agama, seperti ilmu fiqh,
hadits, dan ilmu akhlaq. Dan tidak juga melupakan ilmu bahasa yang
penting untuk membaca buku berbahasa asing, seperti Al-Razi yang bisa
menerjemahkan buku berbahasa Yunani.
Sumber
:
wikipedia.org
Jihan
Nabilah.blogspot.com.2009.Tokoh Islam.Banda
Aceh
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Al-Razi
Ditulis oleh Rudi Wibowo
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://tugasdancatatanku.blogspot.com/2009/12/al-razi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Rudi Wibowo
Rating Blog 5 dari 5
1 komentar:
setelah saya baca Al razi itu ilmuwan yang hebat,,,syihabuddin
Posting Komentar